Pemilu adalah agenda rutin negara demokrasi dalam memilih pemimpin. Mereka inilah yang menjadi tumpuan harapan masyarakat untuk membawa kemaslahatan dalam kehidupan bernegara. Pada konteks Indonesia, tanpa terkecuali bahwa Pemilu 2024 yang akan dihelat pada 12 Februari mendatang merupakan ikhtiar bangsa Indonesia untuk mendapatkan sosok pemimpin terbaik.
Pemilu adalah pesta politik dimana hiruk pikuknya terdengar dimana-mana. Pertarungan gagasan dan ide untuk negara yang lebih baik dilakukan oleh masing-masing kandidat. Terkecuali daripada itu, janji-janji kampanye oleh masing-masing mewarnai even-even kampanye langsung maupun tidak langsung.Kaitannya dengan hal tersebut, ada satu penting yang seyogyanya menjadi renungan bersama, apakah mungkin bahwa pemilu 2024 ini rakyat Indonesia akan mendapatkan para pemimpin yang benar-benar mewakafkan dirinya untuk kepentingan bangsa dan negara.
Jawaban pertanyaan ini tentu tidak bisa dilakukan oleh satu warga negara, satu kelompok suku, agama maupun politik tertentu, bahkan pemerintah sekalipun. Hal ini karena pemilu merupakan serangkaian proses dimana semua elemen bangsa mempunyai andil di dalamnya. Oleh karenanya, semua pihak mempunyai saham dalam menjawab apakah pemilu kali ini benar-benar melahirkan sosok-sosok pemimpin negarawan yang tidak hanya ”nguwasani”, tetapi juga ”ngayemi” dan ”ngayomi”.
Selama pemerintah dengan segala perangkat keuasaannya tidak netral, selama partai politik beserta kadernya hanya berorientasi pada kue kekuasaan, selama para tokoh agama dan budaya hanya memprioritaskan kepentingan golongannya, dan selama rakyat bersemboyan ”wani piro”, maka keniscayaan untuk mendapatkan pemimpin ideal serasa mustahil.
Rakyat yang haus ”serangan fajar” menjadi celah sekaligus memaksa para politisi untuk berlomba-lomba membeli dengan materi, bukan dengan gagasan dan ide. Harga kemenangan akan menjadi sangat mahal dan pada imbasnya, praktik-praktik kolusi, korupsi dan nepotisme akan tumbuh subur. Di tanam oleh rakyat yang rakus, disemai oleh partai yang tamak, dan diasuh oleh para pemimpin yang zalim. Oleh karenanya, semua pihak harus benar-benar mengihtiarkan agar pemilu 2024 menjadi proses screening calon-calon pemimpin ideal bangsa Indonesia berdasarkan kualitasnya, bukan berdasarkan berapa isi tasnya.
Allah A’lam.
By: Kang Toepoe*
*Sekretaris Jurusan Hukum Tata Negara IAIN Ponorogo